Makna Betang Dalam Pelestarian Budaya Kalimantan
Abstract
PRAKATA
Betang Damang Batu merupakan simbol sejarah tempat pertemuan tokoh-tokoh, pimpinan Kepala Adat masyarakat Kalimantan dan utusan Belanda di Kalimantan sebagai bukti awal sejarah perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan serta hak masyarakat Kalimantan untuk keamanan, kedamaian dan kesejahteraan, yang sekarang dalam konteks Hak Azasi Manusia, berjalannya waktu penulis tergugah untuk mendalami, mencatat sejarah ini dengan mencari info melakukan penelitian, mengumpulkan dokumen-dokumen observasi, wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat di Tumbang Anoi terutama dengan Bapak Tiong Batu selaku juru kunci Rumah Betang di Tumbang Anoi, beliau merupakan salah satu cucu Damang Batu, terakhir pada tanggal 05 - 07 Nopember 2013 di Rumah Betang Damang Batu Tumbang Anoi. Untuk mengingatkan hal tersebut maka diperlukan pelestariannya melalui suatu naskah tentang kehidupan masyarakat suku dayak pada dua (2) abad silam, juga berdasarkan hasil ceritera/dan informasi otentik terutama dari anak Damang Batu yang bernama Santang, dipanggil dengan sebutan Tambi Uwan (Nenek Uwan), beliau rambutnya sudah putih semua tetapi masih bisa beraktifitas dengan baik, sehat dan aktif untuk kehidupan sehari-hari, jika berceritera masih sangat jelas enak untuk disimak, dalam usia 83 tahun pada tahun 1964 dan beliau meninggal dunia pada tahun 1975 di desa Tumbang Anoi dalam usia 103 tahun. Menurut Santang/Tambi Uwan, berceritera tentang perjuangan masyarakat tempo dulu. Selain itu sumber cerita dari Adille Martin Batu (Indu Asse) adalah cucu tertua dari Tambi Uwan sangat mendukung informasi tentang Damang Batu. Bahkan sampai pada akhir-akhir hayatnya Adille Martin Batu (ibunda tercinta) berpesan kepada anak-anaknya, jika punya uang disisihkan untuk memperbaiki Sandung Tatu (yang dimaksud tempat kuburan Damang Batu) dan rumah Eyang (human Tatum dalam bahasa dayak) yang dimaksud adalah Rumah Betang Damang Batu. Atas dasar informasi, dari berbagai sumber cerita otentik, wawancara dan kajian pustaka, buku ini berjadul ” Makna Betang Tumbang Anoi dan Pelestarian Budaya Kalimantan ” membahas tentang Riwayat Damang Batu, Riwayat Rumah Betang Tumbang Anoi, Riwayat Damai Tumbang Anoi, dan Makna Betang Tumbang Anoi bagi Masyarakat serta makna budaya dan kebudayan bagi kehidupan bermasyarakat dilengkapi dengan Adat dan upacara perkawinan suku dayak Kalimantan Tengah. Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, khususnya bagi pelestarian budaya masyarakat Kalimantan Tengah, tentunya buku ini masih mengalami kekurangan, akan diperbaiki jika ada perkembangan informasi yang lebih otentik lagi.
Penulis,
Keywords : Betang, Kalimantan, Damang Batu, BudayaAbstrak
PRAKATA
Betang Damang Batu merupakan simbol sejarah tempat pertemuan tokoh-tokoh, pimpinan Kepala Adat masyarakat Kalimantan dan utusan Belanda di Kalimantan sebagai bukti awal sejarah perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan serta hak masyarakat Kalimantan untuk keamanan, kedamaian dan kesejahteraan, yang sekarang dalam konteks Hak Azasi Manusia, berjalannya waktu penulis tergugah untuk mendalami, mencatat sejarah ini dengan mencari info melakukan penelitian, mengumpulkan dokumen-dokumen observasi, wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat di Tumbang Anoi terutama dengan Bapak Tiong Batu selaku juru kunci Rumah Betang di Tumbang Anoi, beliau merupakan salah satu cucu Damang Batu, terakhir pada tanggal 05 - 07 Nopember 2013 di Rumah Betang Damang Batu Tumbang Anoi. Untuk mengingatkan hal tersebut maka diperlukan pelestariannya melalui suatu naskah tentang kehidupan masyarakat suku dayak pada dua (2) abad silam, juga berdasarkan hasil ceritera/dan informasi otentik terutama dari anak Damang Batu yang bernama Santang, dipanggil dengan sebutan Tambi Uwan (Nenek Uwan), beliau rambutnya sudah putih semua tetapi masih bisa beraktifitas dengan baik, sehat dan aktif untuk kehidupan sehari-hari, jika berceritera masih sangat jelas enak untuk disimak, dalam usia 83 tahun pada tahun 1964 dan beliau meninggal dunia pada tahun 1975 di desa Tumbang Anoi dalam usia 103 tahun. Menurut Santang/Tambi Uwan, berceritera tentang perjuangan masyarakat tempo dulu. Selain itu sumber cerita dari Adille Martin Batu (Indu Asse) adalah cucu tertua dari Tambi Uwan sangat mendukung informasi tentang Damang Batu. Bahkan sampai pada akhir-akhir hayatnya Adille Martin Batu (ibunda tercinta) berpesan kepada anak-anaknya, jika punya uang disisihkan untuk memperbaiki Sandung Tatu (yang dimaksud tempat kuburan Damang Batu) dan rumah Eyang (human Tatum dalam bahasa dayak) yang dimaksud adalah Rumah Betang Damang Batu. Atas dasar informasi, dari berbagai sumber cerita otentik, wawancara dan kajian pustaka, buku ini berjadul ” Makna Betang Tumbang Anoi dan Pelestarian Budaya Kalimantan ” membahas tentang Riwayat Damang Batu, Riwayat Rumah Betang Tumbang Anoi, Riwayat Damai Tumbang Anoi, dan Makna Betang Tumbang Anoi bagi Masyarakat serta makna budaya dan kebudayan bagi kehidupan bermasyarakat dilengkapi dengan Adat dan upacara perkawinan suku dayak Kalimantan Tengah. Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, khususnya bagi pelestarian budaya masyarakat Kalimantan Tengah, tentunya buku ini masih mengalami kekurangan, akan diperbaiki jika ada perkembangan informasi yang lebih otentik lagi.
Penulis,
Keywords : Betang, Kalimantan, Damang Batu, BudayaFull Text:
PDFReferences
Cetakan Pertama Oktober 2014; ISBN. 978-979-1131-41-4. Penerbit: Kaliwangi Offset Yogyakarta
Refbacks
- There are currently no refbacks.